1. Memaafkan pembunuh anaknya
Orang tua mana yang tidak sakit hati ketika mengetahui anaknya dibunuh orang lain. Eksekusi mati mungkin menjadi hukuman yang setimpal bagi pelaku pembunuhan. Dan peristiwa yang hampir serupa terjadi di negara Iran.
Seorang pemuda bernama Balal dinyatakan bersalah karena telah membunuh Abdollah Hosseinzadeh. Pengadilan memutuskan memberi hukuman mati kepada Balal dengan cara menggantung di tali.
Hari untuk mengeksekusi telah tiba. Kepala Balal telah dililitkan tali tambang yang cukup untuk membuatnya tewas seketika. Sementara itu, keluarga korban diperbolehkan ‘menendang’ kursi tempat Balal berdiri.
Ibu korban maju untuk melakukan tugasnya. Ketika semua orang beranggapan bahwa si ibu akan menendang kursi, namun yang terjadi justru sebaliknya. Ibu Abdollah menampar pipi Balal dan melepaskan tali dilehernya.
Ya, ibu ini memaafkan perbuatan keji Balal yang telah menewaskan anaknya. Suasana yang semula mencekam berubah menjadi haru biru. Ibu Balal kemudian memeluk ibu Abdollah sembari mengucapkan terima kasih karena telah memberi maaf kepada anaknya.
Ayah Abdollah menjelaskan mengapa istrinya justru menyelamatkan Balal. Semua karena mimpi dimana istrinya bertemu dengan Abdollah bahwa Balal tidak seharusnya dihukum mati.
“Tiga hari yang lalu istri saya melihat anak sulung saya dalam mimpi mengatakan bahwa mereka (ia dan adiknya) berada di tempat yang baik. Anak kami meminta ibunya untuk tidak membalas dendam. Ini menenangkan istri saya dan kami memutuskan untuk memberi pengampunan,” terang ayah Abdollah.
2. Mengadopsi cucu komandan Nazi
Usia muda Eva Mozes Kor dihabiskan dengan berdiam diri dibalik tahanan. Wanita ini beserta 1.500 orang lainnya ditangkap tentara Nazi untuk kemudian dijebloskan ke dalam penjara di kamp Auschwitz. Beruntung, Eva berhasil selamat dan keluar dari ‘neraka’ tersebut bersama dengan 200 temannya.
Waktu telah berlalu, Eva kini sudah menjadi nenek-nenek. Sampai di suatu hari, ia bertemu dengan pemuda bernama Rainer Hoess. Ternyata pria ini adalah cucu dari Rudolf Hoess, komandan Nazi ketika Eva dipenjara.
Rainer meminta Eva untuk mau menjadi nenek angkatnya. Ia mengaku telah memutus hubungan dengan keluarganya dan membenci perbuatan kakeknya.
Bukannya sakit hati atau menolaknya, Eva justru dengan senang hati menjadi nenek angkat Rainer. Nenek berusia 80 tahunan ini berharap suatu hari nanti Rainer mau memaafkan keluarganya seperti yang telah ia lakukan.
3. Dipenjara 39 tahun lalu memaafkan penghasutnya
Peristiwa mengenaskan ini terjadi di tahun 1975. Saat itu, Ricky Jackson dan dua temannya dituduh sebagai pembunuh atas kasus kematian penagih hutang di Ohio, Amerika Serikat. Sidang dilaksanakan dan pengadilan menjatuhi hukuman berat kepada Jackson dan temannya. Keputusan hakim tersebut berdasarkan kesaksian seorang anak berusia 12 tahun bernama Eddie Vernon.
Tiga puluh sembilan tahun kemudian, Vernon menyadari bahwa apa yang telah ia katakan kepada polisi salah. Ia juga yang membuat seseorang tak bersalah harus mendekam lama di penjara. Akhirnya Vernon mencurahkan isi hatinya kepada pastor dan mengakui kesalahannya dalam bersaksi kepada polisi.
Saat persidangan, untuk pertama kalinya setelah 39 tahun, Jackson bertemu lagi dengan Vernon si penghasut. Namun bukan cacian atau umpatan yang keluar dari mulut Jackson. Kakek ini berucap bahwa ia telah memaafkan segala kesalahan Vernon. Tentu saja apa yang dikatakan Jackson tersebut membuat Vernon menangis dan memeluknya.
“Selama bertahun-tahun aku membenci (Vernon) mati-matian apa yang telah ia lakukan pada kami. Tapi aku harus melakukannya. Aku ingin melangkah ke depan, membuka lembaran, dan satu-satunya cara adalah dengan memaafkannya,” kata Ricky Jackson.
4. Memaafkan orang yang hampir membunuhnya
Yohanes Paulus II nyaris kehilangan nyawa ketika ia sedang berada di lapangan Santo Petrus. Acara tersebut berjalan lancar, namun peristiwa tak terduga terjadi. Mehmet Ali Agca pria asal Turki menembak Yohanes Paulus II.
Suasana berubah menjadi mencekam karena tembakan tersebut mengenai bagian vital Yohanes. Ketika di dalam ambulans, kakek ini telah mengatakan bahwa ia telah mengampuni perbuatan Mehmet. Empat hari kemudian Yohanes secara terbuka menyampaikan bahwa ia telah memaafkan perbuatan orang yang hampir membunuhnya.
Kebaikan hati Yohanes tidak sampai disitu. Bahkan ia mengunjungi penjara Mehmet untuk membicarakan sesuatu. Sayangnya, hingga saat ini tidak ada yang tahu apa yang diperbincangkan kakek ini dan ‘pembunuhnya’.
Orang tua mana yang tidak sakit hati ketika mengetahui anaknya dibunuh orang lain. Eksekusi mati mungkin menjadi hukuman yang setimpal bagi pelaku pembunuhan. Dan peristiwa yang hampir serupa terjadi di negara Iran.
Seorang pemuda bernama Balal dinyatakan bersalah karena telah membunuh Abdollah Hosseinzadeh. Pengadilan memutuskan memberi hukuman mati kepada Balal dengan cara menggantung di tali.
Hari untuk mengeksekusi telah tiba. Kepala Balal telah dililitkan tali tambang yang cukup untuk membuatnya tewas seketika. Sementara itu, keluarga korban diperbolehkan ‘menendang’ kursi tempat Balal berdiri.
Ibu korban maju untuk melakukan tugasnya. Ketika semua orang beranggapan bahwa si ibu akan menendang kursi, namun yang terjadi justru sebaliknya. Ibu Abdollah menampar pipi Balal dan melepaskan tali dilehernya.
Ya, ibu ini memaafkan perbuatan keji Balal yang telah menewaskan anaknya. Suasana yang semula mencekam berubah menjadi haru biru. Ibu Balal kemudian memeluk ibu Abdollah sembari mengucapkan terima kasih karena telah memberi maaf kepada anaknya.
Ayah Abdollah menjelaskan mengapa istrinya justru menyelamatkan Balal. Semua karena mimpi dimana istrinya bertemu dengan Abdollah bahwa Balal tidak seharusnya dihukum mati.
“Tiga hari yang lalu istri saya melihat anak sulung saya dalam mimpi mengatakan bahwa mereka (ia dan adiknya) berada di tempat yang baik. Anak kami meminta ibunya untuk tidak membalas dendam. Ini menenangkan istri saya dan kami memutuskan untuk memberi pengampunan,” terang ayah Abdollah.
2. Mengadopsi cucu komandan Nazi
Usia muda Eva Mozes Kor dihabiskan dengan berdiam diri dibalik tahanan. Wanita ini beserta 1.500 orang lainnya ditangkap tentara Nazi untuk kemudian dijebloskan ke dalam penjara di kamp Auschwitz. Beruntung, Eva berhasil selamat dan keluar dari ‘neraka’ tersebut bersama dengan 200 temannya.
Waktu telah berlalu, Eva kini sudah menjadi nenek-nenek. Sampai di suatu hari, ia bertemu dengan pemuda bernama Rainer Hoess. Ternyata pria ini adalah cucu dari Rudolf Hoess, komandan Nazi ketika Eva dipenjara.
Rainer meminta Eva untuk mau menjadi nenek angkatnya. Ia mengaku telah memutus hubungan dengan keluarganya dan membenci perbuatan kakeknya.
Bukannya sakit hati atau menolaknya, Eva justru dengan senang hati menjadi nenek angkat Rainer. Nenek berusia 80 tahunan ini berharap suatu hari nanti Rainer mau memaafkan keluarganya seperti yang telah ia lakukan.
3. Dipenjara 39 tahun lalu memaafkan penghasutnya
Peristiwa mengenaskan ini terjadi di tahun 1975. Saat itu, Ricky Jackson dan dua temannya dituduh sebagai pembunuh atas kasus kematian penagih hutang di Ohio, Amerika Serikat. Sidang dilaksanakan dan pengadilan menjatuhi hukuman berat kepada Jackson dan temannya. Keputusan hakim tersebut berdasarkan kesaksian seorang anak berusia 12 tahun bernama Eddie Vernon.
Tiga puluh sembilan tahun kemudian, Vernon menyadari bahwa apa yang telah ia katakan kepada polisi salah. Ia juga yang membuat seseorang tak bersalah harus mendekam lama di penjara. Akhirnya Vernon mencurahkan isi hatinya kepada pastor dan mengakui kesalahannya dalam bersaksi kepada polisi.
Saat persidangan, untuk pertama kalinya setelah 39 tahun, Jackson bertemu lagi dengan Vernon si penghasut. Namun bukan cacian atau umpatan yang keluar dari mulut Jackson. Kakek ini berucap bahwa ia telah memaafkan segala kesalahan Vernon. Tentu saja apa yang dikatakan Jackson tersebut membuat Vernon menangis dan memeluknya.
“Selama bertahun-tahun aku membenci (Vernon) mati-matian apa yang telah ia lakukan pada kami. Tapi aku harus melakukannya. Aku ingin melangkah ke depan, membuka lembaran, dan satu-satunya cara adalah dengan memaafkannya,” kata Ricky Jackson.
4. Memaafkan orang yang hampir membunuhnya
Yohanes Paulus II nyaris kehilangan nyawa ketika ia sedang berada di lapangan Santo Petrus. Acara tersebut berjalan lancar, namun peristiwa tak terduga terjadi. Mehmet Ali Agca pria asal Turki menembak Yohanes Paulus II.
Suasana berubah menjadi mencekam karena tembakan tersebut mengenai bagian vital Yohanes. Ketika di dalam ambulans, kakek ini telah mengatakan bahwa ia telah mengampuni perbuatan Mehmet. Empat hari kemudian Yohanes secara terbuka menyampaikan bahwa ia telah memaafkan perbuatan orang yang hampir membunuhnya.
Kebaikan hati Yohanes tidak sampai disitu. Bahkan ia mengunjungi penjara Mehmet untuk membicarakan sesuatu. Sayangnya, hingga saat ini tidak ada yang tahu apa yang diperbincangkan kakek ini dan ‘pembunuhnya’.
ConversionConversion EmoticonEmoticon